Persiapan
1. Pengeringan/pengolahan tanah dasar
Air dalam tambak dibuang, ikan-ikan liar diberantas dengan saponin,
genangan air yang masih tersisa di beberapa tempat harus di pompa
keluar. Selanjutnya tambak dikeringkan sampai retak-retak kalau perlu
dibalik dengan traktor sehingga H2S menghilang karena teroksidasi.
Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogen yang ada
di pelataran tambak.
2. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama ikan-ikan liar dapat memakai Saponin 15-20 ppm (15-20kg/ha tinggi air tambak 10 cm).
3. Pengapuran dan Pemupukan
Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian
Kapur Bakar (CaO), 1.000 kg/ha, dan Kapur Pertanian sebanyak 320 kg/ha.
Selanjutnya masukkan air ke petakan sehingga tambak menjadi macak-macak.
Tiga hari kemudian dilakukan pemupukan dengan Urea (150 kg/ha) dan
Pupuk Kandang (2.000 kg/ha).
4. Pengisian Air
Pengisian air
dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air
dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian air tersebut
dibiarkan dalam tambak selama 2-3 pekan sampai kondisi air betul-betul
siap ditebari benih udang. Tinggi air di petak pembesaran diupayakan
≥1,0 m.
Penebaran
Penebaran benur udang vaname dilakukan
setelah plankton tumbuh baik (7-10 hari sesudah pemupukan). Benur vaname
yang digunakan adalah PL-10 sampai PL-12, berat awal 0,001 g/ekor
diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas
patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vaname yang baik
adalah mencapai ukuran PL-10, organ insangnya telah sempurna, seragam
atau rata, tubuh dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus.
Sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap
suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benih di tambak dan
menyiram dengan perlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap
salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi sedikit demi
sedikit air tambak selama 15-20 menit. Selanjutnya kantong benur
dimiringkan dan perlahan-lahan benur vaname akan keluar dengan
sendirinya. Penebaran benur vaname dilakukan pada pagi atau sore hari.
Padat penebaran untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya
mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal tidak perlu terlalu
tinggi/banyak. Padat penebaran yang disarankan cukup 2-5 ekor/m².
Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada bulan ke dua
pemeliharaan, maka dapat ditebar benih dengan kepadatan 8-10 ekor/m².
Pemeliharaan
Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi: suhu,
salinitas, kandungan oksigen, transparansi, pH dan kedalaman air setiap
hari. Selain itu dilakukan pemberian Pupuk Urea dan SP-36 susulan setiap
pekan sebanyak 5-10% dari pupuk awal (Urea 15 kg/ha) dan hasil
fermentasi probiotik yang diberikan sepekan sekali guna menjaga
kestabilan plankton dalam tambak. Pengapuran susulan dengan dolomit
super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Pemberian pakan tambahan
diberikan pada hari ke-70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami
(plankton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis
pakan yang diberikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian
3 kali/hari yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00.
Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur >30
hari dengan volume pergantian 10% dari volume total, sedangkan pada
bulan berikutnya hingga panen, volume pergantian air ditingkatkan
mencapai 15-20% pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan
mencapai 60 hari hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang
akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran
vaname adalah salinitas optimal 10-25 ppt (fluktuasi ♥ ppt), suhu
28-31°C, oksigen >4 ppm, amoniak <0,1 ppm, pH 7,5-8,2 dan H2S
<0,003 ppm.
Panen
Panen harus mempertimbangkan aspek
harga, pertumbuhan dan kesehatan udang. Panen dilakukan setelah umur
pemeliharaan 100-110 hari. Perlakukan sebelum panen adalah pemberian
kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air tambak 1 m), dan
mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari
yang bertujuan agar udang tidak mengalami moulting (ganti kulit) pada
saat panen. Selain itu disiapkan peralatan panen berupa keranjang panen,
jaring yang dipasang di pintu air, jala lempar, stiroform, ember,
baskom, dan lampu penerangan. Cara panen dilakukan dengan menurunkan
volume air secara gravitasi dan dibantu pengeringan dengan pompa.
Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang
dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan
untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen
sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus
dicuci kemudian direndam es, selanjutnya dibawa ke cold storage. Dengan
pola tradisional plus produksi udang vaname dapat mencapai 800-1.000
kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-90%, ukuran panen antara 60-50
ekor/kg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar